Tahun lalu sempat ada teman yang merekomendasikan drama ini, namun karena judulnya "Mother" saya mengira drama ini adalah melodrama yang sedih mewek semacam Reply 1988. Tahun ini, karena keinginan menonton yang berkualitas dan memiliki moral values, akhirnya memutuskan maraton menyelesaikan drama yang memenangkan Baeksang Awards: Best Drama.  Hot Stove League (2020) okay! Signal (2016) Okay! Mother (2018) Keren! Drama ini unexpectedly suit my taste karena meskipun tetep melo tapi drama ini dibungkus dengan alur thriller. Cerita utamanya tentang penculikan dan kekerasan. 


Drama ini menceritakan empat sosok ibu dengan latar belakang yang berbeda. Yang satu menjadi ibu karena menculik anak (Kang Soo Jin), yang satu menjadi ibu karena mengangkat tiga orang anak (Cha Young Shin) dan terakhir menjadi ibu karena hamil diluar nikah (Shin Ja Young). Ada satu lagi yaitu ibu kandung Kang Soo Jin yang cukup merasa bahagia melihat anak dari jauh (ini tipikal drama sih). 

Cerita ini berkembang di titik Kang Soo Jin menculik Kim Hyena, salah satu murid di sekolahnya yang dicurigai mendapatkan kekerasan dari orang tuanya. Kim Hyena merubah namanya menjadi Kim Yoon Bok dan memanipulasi orang-orang bahwa dia hilang karena jatuh ke laut. Dari situ konflik antar keempat ibu dimulai. Kang Soo Jin versus ibu angkatnya, Kang Soo Jin versus ibu kandungnya, Kang Soo Jin versus Shin Ja Young (ibu kandung Hyena) dan Kang Soo Jin versus dirinya sendiri.  

Moral values yang ingin diceritakan oleh drama ini adalah bahwa setiap ibu memiliki nature sayang kepada anaknya baik ibu kandung maupun ibu angkat. Sejahat jahatnya dan se-egoisnya Shin Ja Young terhadap Hyena, dia tetap merasa kehilangan saat ditinggal Hyena. Moral values dalam drama ini secara eksplisit banyak diceritakan via statement Cha Young Shin seperti, "Anak bukan milik orang tua", "Menjadi ibu berarti mencintai anaknya melebihi cinta kepada diri sendiri". Selain itu drama ini menceritakan pengorbanan yang dilakukan oleh setiap karakter ibu untuk anaknya. 

Konflik batin yang dialami tokoh utama diceritakan dengan baik dan komprehensif. Proses dimana Kang Soo Jin mulai berempati dan memutuskan untuk menyelamatkan Hyena dijelaskan dengan jelas. Keputusan untuk menyelamatkan Hyena membuat Kang Soo Jin menelusuri kembali masa lalunya, bertemu dengan tokoh-tokoh masa lalu dan berdamai dengannya. Setelah berdamai dengan masa lalu, Kang Soo Jin masih harus berkutat dengan konflik batin terkait ending hubungannya dengan Hyena. Saat berkonflik, Kang Soo Jin banyak dibantu oleh Dr. Jin Hong. 

Soal aktor, I was so amazed with Kim Hyena yang diperankan oleh Heo Yeol. Heo Yeol memerankan Hyena tanpa cacat. Cara bicara yang digunakan dia dalam drama menggambarkan Hyena sebagai sosok anak yang lebih dewasa dibanding teman sebayanya, bahkan dibanding dengan ibunya. 





Adalah sebuah keluarga standar, terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anak dengan karakter serba standar. Anak pertama independen, pintar, perfeksionis dan pekerja keras. Anak kedua tipe yang sangat toleran dan selalu berseberangan dengan anak pertama. Anak bungsu yang selalu dianggap bocah, cengengesan tapi sebenernya sosok yang sudah dewasa. Yang membuat cerita keluarga ini spesial sebenarnya konflik antara ayah dan ibu dimana sang ibu mengusulkan untuk menjalani apa yang dia sebut dengan kelulusan pernikahan. Cerai tapi ga cerai. Wkwkwk. Ada hikmah dibalik musibah. Di saat emosi semua orang carut marut, karakter ayah mengalami kecelakaan dan hilang ingatan sebagian. Ingatan sang ayah berhenti di hari dimana ia melamar sang ibu dan tetiba menjadi orang yang paling romantis sedunia. Yah. kata sedunia lebay sih. But I like it! Alhasil, rencana untuk lulus dari pernikahan terhambat. Di sisi lain, masing masing karakter dalam keluarga mengalami polemiknya sendiri-sendiri. 




Cerita drama ini menarik meskipun simple, heart-warming dan realistis. Karakter anak pertama hingga ketiga dibuat cukup umum dengan konflik antar saudara yang cukup umum pula. Konflik Ibu dan Bapak diceritakan secara sederhana terkait miskomunikasi yang terpendam berpuluh puluh tahun. Tidak ada karakter antagonis dan tidak ada korban cinta segitiga di film ini. That's why I love it.  Selain itu, konflik pernikahan anak pertama dibuat tidak umum yaitu karena orientasi seksual alias LGBTQ+. Layaknya drama bertema family, rasa sayang antar anggota keluarga juga diceritakan secara apik dan simple. Berbekal dukungan dan rasa sayang ini lah, para tokoh menyelesaikan konfliknya dan mendapatkan kebahagiaan masing masing.   


Kritik? Mungkin bagi para penggemar cerita seru yang suka gaya bercerita cepat tidak akan suka dengan drama ini. Karena konflik drama ini sangat simple.  Selain itu, karena drama ini bergenre family, cerita cinta tokoh utama (anak tengah) tidak diceritakan secara mendalam dan ribet, jadi ga ada sisi berdebarnya gitu.  Yang suka cerita romantis lewaaaattt~


Ada beberapa hal juga yang bisa dijadikan pelajaran terutama bagi orang yang memiliki background mirip. 

  1. Marriage is not easy. Yah. Who said marriage is easy. Having family means dealing with upgraded problem because there many people to be considered on decision making process. Dalam hal ini, Ayah Ibu berangkat membangun keluarga dari scratch. Tanpa dukungan keluarga, karena masing masing sudah tidak memiliki keluarga. Dan juga tanpa modal dana yang cukup. Kedua hal ini membuat mereka cepat lelah secara emosi dan akhirnya berpotensi terjadi miskomunikasi. Miskom dan kelelahan emosional ini dipendam masing-masing berpuluh tahun dan muncul lah konsep pernikahan bertahan demi anak tanpa cinta. ditekankan lagi: berpuluh tahun bertahan demi anak. Super exhausted but many did it.  Satu lagi konflik pernikahan diceritakan oleh anak pertama yang menikah dengan dokter pemilik klinik, kaya dan baik hati. Eeh setelah beberapa tahun, akhirnya si dokter memutuskan untuk come out as a gay dan akhirnya bercerai.
  2. Pada dasarnya butuh saudara. Meskipun tidak cocok dan tidak saling bicara, anak kedua selalu mencari kakaknya saat ada masalah. Saat anak bungsu tertipu pun, adalah saudara yang pertama khawatir dan mencari. Blood is always thicker than any relationship. :)